MENGAJARI
ANAK MANDIRI
Banyak diantara anak-anak kita
atau bahkan diri kita sendiri tertimpa rasa tidak percaya diri. Rasa tidak
percaya diri yang berlebihan dapat menghambat perkembangan seseorang. Jadi
perasaan ini harus kita antisipasi sedini mungkin pada diri anak kita agar
mereka bisa berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Rasa tidak percaya diri
pada anak biasa ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
- Susah berbicara, gagap, dan gagu.
- Menutup diri, adanya rasa malu, dan tidak berani.
- Ketidak mampuan berfikir secara mandiri.
- Merasakan ada kejahatan dan bahaya serta bertambahnya rasa ketakutan dan kekhawatiran.
- Cara mendidik yang salah dan berdasar pada ancaman, kekerasan, dan pemukulan setiap kali anak berbuat kesalahan atau main-main sesuatu.
- Sering disalahkan, dipukul, diancam, dicela, dan direndahkan.
- Orang tua terlalu membatasi setiap perilaku anak dan cara berfikirnya.
- Selalu dibandingkan dengan anak yang lain untuk memberinya motivasi, terkadang justru memberikan pengaruh yang sebaliknya.
- Meremehkan kemampuan dan harga dirinya serta melemahkan minatnya.
- Selalu mencelanya atau dicela ketika ia mengalami kegagalan.
- Banyaknya pertengkaran antara kedua orangtuanya.
- Dan lain-lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Orang Tua Bijak
Belum ada pendidikan formal tentang bagaimana
caranya untuk menjadi orang tua yang baik. Untuk itu, para orang tua biasanya
melihat kepada pengalaman
mereka dahulu ketika menjadi seorang anak. Namun, bisa saja apa
yang mereka alami dulu tidak sesuai lagi dengan apa yang anak-anak alami pada
saat sekarang ini. Sehingga apa yang mereka pikirkan tidak lagi efektif untuk
dilakukan pada anaknya sekarang. Artikel ini akan membahas beberapa hal yang
dapat membantu para orang tua menempatkan diri dan memberi teladan pada anak.
o Mau Meminta Maaf dan Mengatakan Terima Kasih
Ketika orang tua melakukan hal tersebut, perasaan anak akan senang karena dia dihargai sehingga lebih mudah baginya untuk melakukan hal yang sama kepada Anda ataupun orang lain.
Ketika orang tua melakukan hal tersebut, perasaan anak akan senang karena dia dihargai sehingga lebih mudah baginya untuk melakukan hal yang sama kepada Anda ataupun orang lain.
o Tepat Janji
Orang tua jangan semena-mena membuat janji dan kemudian tidak menepatinya bahkan mungkin tidak mengingatnya. Hal ini akan mengurangi rasa percaya dalam diri anak terhadap orang tua. Apa jadinya jika anak tidak percaya lagi dengan orang tua? Anda pasti bisa membayangkan konsekuensinya.
Orang tua jangan semena-mena membuat janji dan kemudian tidak menepatinya bahkan mungkin tidak mengingatnya. Hal ini akan mengurangi rasa percaya dalam diri anak terhadap orang tua. Apa jadinya jika anak tidak percaya lagi dengan orang tua? Anda pasti bisa membayangkan konsekuensinya.
o Tidak Memberikan “Label” pada Anak
Tanpa orang tua sadari, orang tua bisa memberikan ‘label’ kepada anak. Hal ini akan mempengaruhi kepribadian anak itu nantinya. Dan itu akan melekat serta susah untuk dia ubah lagi di masa mendatang. Sehingga anak sulit untuk berkembang.
Tanpa orang tua sadari, orang tua bisa memberikan ‘label’ kepada anak. Hal ini akan mempengaruhi kepribadian anak itu nantinya. Dan itu akan melekat serta susah untuk dia ubah lagi di masa mendatang. Sehingga anak sulit untuk berkembang.
o Senyum dan Memberi Sentuhan Fisik
Emosi yang positif akan berkembang dalam diri anak jika Anda sering tersenyum kepadanya. Ciuman dan sentuhan fisik seperti belaian akan membuat anak merasa nyaman berada di dekat orang tua. Maka tidak salah jika anda melakukannya.
Emosi yang positif akan berkembang dalam diri anak jika Anda sering tersenyum kepadanya. Ciuman dan sentuhan fisik seperti belaian akan membuat anak merasa nyaman berada di dekat orang tua. Maka tidak salah jika anda melakukannya.
o Bertindak Lebih Baik Daripada Sekedar
Berkata-kata
Sepertinya kurang efektif jika orang tua hanya marah-marah ketika anak tidak membereskan barang-barang mainannya. Akan lebih baik jika orang tua mengajak anak untuk bersama-sama merapikan mainan tersebut.
Sepertinya kurang efektif jika orang tua hanya marah-marah ketika anak tidak membereskan barang-barang mainannya. Akan lebih baik jika orang tua mengajak anak untuk bersama-sama merapikan mainan tersebut.
o Langsung Menanggapi Jika Anak Berbuat Hal
yang Negatif Sebaliknya Daripada Hal Positif yang Dilakukannya
Orang tua
kebanyakan jarang memberikan pujian ketika anaknya melakukan sesuatu yang
positif dengan anggapan bahwa anak-anak sudah sewajarnya melakukan hal
demikian. Namun, ketika orang tua menemukan sesuatu yang negatif, orang tua
langsung meresponnya. Anak akan cenderung mengulangi hal yang sama mungkin
dengan alasan ingin mendapatkan perhatian dari orang tua. Cobalah untuk lebih memberikan
perhatian terhadap hal-hal baik yang terdapat dalam diri anak.
o Tidak Mengucapkan Kata “Jangan”
Ketimbang melarang anak, hal yang lebih baik Anda
lakukan adalah memberikan
solusi atau alternatif lain yang boleh dilakukan oleh si anak.
Mengatakan jangan akan membuat anak semakin penasaran sehingga ingin mencoba
untuk melakukannya.
Dia tidak puas jika tidak melakukannya karena orang tua tidak memberikan solusi lain untuk dia coba.
Dia tidak puas jika tidak melakukannya karena orang tua tidak memberikan solusi lain untuk dia coba.
o Menghargai Pertanyaan Anak
Apa yang Anda harapkan dari diri anak Anda? Anak
yang aktif atau pasif? Tentu aktif, bukan? Saya yakin semua orang tua
menginginkan hal yang sama. Karena itu, biarkan anak banyak bertanya dan
jawablah dengan ramah. Meskipun terkadang hal itu mengganggu Anda, namun
pertanyaan seperti itu akan membentuk daya pikirnya. Dan jawaban Anda
berpengaruh besar terhadap kecerdasannya di kemudian hari.
o Tidak Menghukum Secara Fisik
Pada awalnya anak akan takut terhadap hukuman
yang Anda berikan. Namun, hanya karena dia merasa ‘sakit’. Ketika dia merasa
terbiasa dengan hukuman itu, dia pasti akan melakukannya kembali. Hukuman itu
akan menjadi tidak efektif, meskipun Anda meningkatkan hukuman fisik yang Anda
lakukan. Hal ini justru akan merenggangkan hubungan antara orang tua dan anak
sebab akan melukai harga diri anak. Bukan lagi sakit fisik yang dirasakan anak,
tetapi rasa sakit secara emosi. Jangan pernah melakukannya!
Tetapi mengapa bila
kita sebagai orang tua yang baik, bila mengantaratau menjemput anak ke sekolah, mengapa kita harus sampai ke pintu kelas ? Mengapa tidak
sampai di gerbang saja ! Dan setidaknya tinggalkan dan percayakan kepada bapak dan ibu guru di sekola?
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar